23 July 2009

CERITA RAKYAT MAMUJU

GIMBAR SAWERI GADING

Pada zaman dahulu, ada sepasang suami istri yang dikaruniai anak kembar laki-laki dan perempuan yang dalam bahasa mamuju menyebut “Gimbar Saweri Gading” konon pada waktu mereka dilahirkan, orang tuanya langsung memisahkan kedua anak itu, bayi sampai mereka dewasa.

Kedau anak ini tidak pernah bertemu, karena pada waktu dilahirkan anak perempuan disimpan didalam kamar dan tidak seorangpun yang bisa memasuki kamar tersebut kecuali kedua orang tuanya.

Hingga pada suatu hari sikembar lelaki bertanya kepada ibunya, Ibu ada apa didalam kamar itu ? Sampai-sampai aku tidak diperbolehkan masuk. Apakah yang ibu simpan didalam kamar itu ? si Ibu menjawab tidak ada apa-apa nak ! hanya barang Ibu saja yang tidak terpakai lagi. Barang apakah itu bu ? bolehkah aku melihatnya ? jangan-janganlah sekali-kali melihat jika tanpa seizin Ibu, mengerti! Anak itu menjawab ya bu.

Hari demi hari anak itu bertanya-tanya apa gerangan yang disembunyikan oleh ibunya. Pada suatu senja, anak laki-laki itu lewat didepan pintu kamar itu dan dia sempat mencium bau harum wewangian dia heran dan penasaran ia lalu mencoba masuk untuk mencari tau apa didalam kamar itu, namun dia ingat akan pesan ibunya, lalu ia meninggalkan kamar itu dalam hati yang bertanya-tanya (penasaran).

Suatu hari dia menemui ibunya dan bertanya ibu tolonglah bu! Beritahulah padaku apa yang ibu simpan dalam kamar itu? Ibu menjawab saya tidak akan memberi tahu kamu sebelum kamu menpunyai istri. Anak laki-laki itu semakin penasaran setelah mendengar ucapan ibunya, dan keesokan harinya dia lewat lagi didepan kamar itu, dan sekali lagi dia mencium bau wewangian seperti yang dia dapat waktu lalu, dia pun semakin penasaran dan akhirnya ia mengingkari janji pada ibunya. Dan diapun langsung membuka pintu kamar itu, ia tersentak kaget karena melihat seorang gadis cantik yaitu kembarnya.

Setelah ia melihat kembarnya itu dia berkata dalam hati inikah yang dirahasiakan oleh ibuku selama ini. Tanpa sepatah katapun ia keluar dari kamar itu dan langsung menemui ibunya. Didepan ibunya ia berkata, ternyata yang ibu rahasiakan selama ini adalah seorang wanita cantik. Siapakah wanita itu ibu? Ibunya menjawab dia itu adikmu nak (saudara kembarmu). Namun anak laki-lakinya membantah dia tidak percaya kalau ia mempunyai saudara kembar. Iapun semakin penasaran, keesokan harinya ia menemui ibunya dan meminta restu untuk menikahi gadis itu (saudara kembarnya). Namun apa yang dikatakan oleh ibunya, wahai anakku saya tidak akan menuruti permintaanmu itu, apabila kami menikahi saudara kembarmu itu, kamu akan menjadikan bencana yang sangat besar dalam dunia ini, kumohon urungkanlah niatmu itu nak. Memang ada seorang perempuan yang ibu akan nikahkan atau jodohkan padamu, tapi dia tidak sekampung dengan kita.

Dia ada di pulau Jawa, pergilah kesana, temui dia dan nikahlah nak. Dengan hati yang kecewa, keesokan harinya iapun berangkat untuk menuju pulau Jawa, sebelum berangkat ia sempat bertemu dengan saudara kembarnya.

Saudara kembarnyapun memberi kado buat calon iparnya yang ada di pulau Jawa, diapun berbincang-bincang sebentar, dan anak laki-laki itu berkata, aku kira kita bisa berbagi rasa dalam dunia ini sampai menghembuskan napas terakhir. Perempuan (kembarnya) itu menjawab, bersabarlah kak suatu saat kita akan bertemu didalam piring untuk menyatu berbagi rasa, dan bisa dirasakan serta dinikmati orang lain.

Itulah yang terakhir yang diucapkan oleh saudara kembar perempuannya, dan diapun mengantar saudaranya sampai didepan pintu kamar merasa sangat kecewa, sambil menuruni tangga, ia menangis dan sampai pada tangga yang terakhir dia berkata (sumpah) tidak akan kembali lagi kekampung ini. Kalau aku kembali maka jadi ikanlah aku di tengah laut.

Sesampai di pulau Jawa, dia mencari perempuan yang telah diceritakan Ibunya dan ternyata perempuan itu tidak ada bedanya dengan adik kembarnya yang ada di kampung, dan akhirnya merekapun menikah dan dikaruniai dua orang anak.

Setelah sekian tahun ia ada Jawa ia rindu akan kampung halamannya diapun berniat untuk menjenguk keluarganya di kampung. Ia memberi tahu istrinya akan niatnya itu, dan siistri merasa cemas karena tahu akan sumpah suaminya, suaminya bersikeras untuk pulang ke kampung halamannya dan akhirnya tidak bisa menahan akan niat suaminya.

San suamipun berangkat untuk menyebrangi lautan untuk bertemu keluarganya di kampung akan tetapi ditengah perjalanan tiba-tiba angin bertiup sangat kencan dan diapun berubah menjadi ikan tongkol (cakalan besar).

Dan akhirnya dia bisa bertemu dengan saudara kembarnya dalam piring saja dan dapat kita rasakan dengan nikmat dan lesat dan dapat membuat orang kenyang, karena yang laki-laki menjadi ikan dan siperempuan menjadi padi (beras). Akhirnya mereka bisa menyatu dalam leher saja, itulah janji saudara kembar perempuannya

No comments:

Post a Comment